Contact us

OPSI, BUKAN SOLUSI

Huddle DF-DL Juli 2020
Hai, apa kabar semuanya?
Selamat datang dan terima kasih atas kehadiran Saudara, DATE Facilitator dan DATE Leaders di Huddle DF-DL yang kedua tahun 2020.
Kehadiran Saudara adalah bukti bahwa Saudara menjunjung tinggi nilai pentingnya pemuridan sebagai Amanat Agung dari Tuhan.

THE WHY
Di masa-masa ini, salah satu tantangan terbesar dalam kepemimpinan adalah bagaimana menavigasi atau mengendalikan kehidupan pemuridan ke arah yang benar. Bisa mengakui atau menerima realita, tetapi tidak menyerah terhadap realita tersebut dan memikirkan strategi untuk beradaptasi.
Dalam konteks beradaptasi, saya mengapresiasi sebagian besar di antara Saudara yang telah mampu mengadaptasi pertemuan DATE maupun huddle secara virtual. Hanya saja, dalam perkembangan selanjutnya bisa jadi ada yang sudah mulai merasa bosan dan ingin segera kembali mengadakan pertemuan secara fisik.

Nah, jika dalam melakukan pertemuannya Saudara mulai merasa bosan, besar kemungkinan hal ini akan menyebabkan:
  1. Saudara kehilangan pemahaman dan keyakinan terhadap beberapa keuntungan atau kesempatan yang lebih besar melalui pertemuan virtual dibandingkan pertemuan fisik. Contohnya, dengan pertemuan virtual, tingkat kehadiran seringkali jauh lebih tinggi. Selain itu faktor jarak, ruang dan waktu tidak lagi menjadi kendala.
  2. Kebosanan terhadap mekanisme pertemuan virtual membuat Saudara menjalankan pertemuan DATE ataupun huddle hanya sebagai tugas atau kewajiban, sehingga Saudara bisa kehilangan sukacita dalam melakukannya, lalu tidak lagi memprioritaskannya.
  3. Saudara melupakan DATE Meeting Guidelines atau Panduan Pertemuan DATE yang biasanya dijalankan saat pertemuan secara fisik.
Terkait dengan DATE Meeting Guidelines, untuk mengingatkan Saudara, ada tiga alasan mengapa kita menggunakan panduan tersebut:
  1. Penyelarasan korporat. Tema tahunan dan bulanan yang ada merupakan hal yang sudah direnungkan dan didoakan oleh tim penggembalaan, sehingga ketika setiap komsel menyelaraskan dengan tema tersebut maka dampaknya akan terjadi secara korporat.
  2. Aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Memberikan kesempatan bagi setiap anggota DATE untuk mencerna khotbah yang telah disampaikan, untuk lalu diarahkan kepada tindakan melakukan Firman Tuhan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Orang tidak perlu banyak informasi, tetapi aplikasi. Karena informasi tanpa aplikasi tidak akan mentransformasi.
  3. Mempercepat multiplikasi pemimpin.  Tugas DATE Leader bukanlah berkhotbah atau mempersiapkan materi sharing baru. Setiap DATE Leader mampu menjadi Fasilitator di dalam DATE ketika dibantu dengan panduan yang jelas, sehingga dapat mempercepat bertumbuhnya pemimpin-pemimpin baru. Dengan demikian hal ini tidak menjadi beban bagi Core Teams yang Saudara persiapkan menjadi pemimpin berikutnya.
Sehubungan dengan proses multiplikasi pemimpin, bila Saudara menggunakan pertemuan DATE untuk berkhotbah atau setiap kali mempersiapkan materi sharing baru di DATE, ini yang akan terjadi:
  1. DATE Members akan fokus atau menanti-nantikan materi khotbah atau sharing yang akan dibagikan. Saudara-lah yang akan menjadi fokus utama, bukan interaksinya. Padahal esensi sebuah DATE di dalamnya terjadi spiritual conversation (adanya cerita pengalaman bersama Tuhan). Bukan berarti Saudara tidak diperbolehkan sharing, tapi jika yang Saudara bagikan adalah khotbah atau materi baru, maka sadar atau tidak Saudara akan mengambil setiap kesempatan DATE Member untuk bercerita. Padahal dari cerita tersebut Saudara bisa terlibat lebih dalam lagi terhadap kehidupannya dan Saudara bisa menawarkan opsi bantuan agar kehidupannya semakin dewasa, menjadi semakin serupa seperti Kristus (seperti wins of a DATE yang pertama).
  2. Bila Core Team yang Saudara persiapkan menjadi pemimpin berikutnya tidak cukup fasih dalam berbicara di depan umum, apalagi membuat materi khotbah atau sharing baru, Core Team tersebut akan merasa insecure karena membandingkan dirinya dengan Saudara sebagai DATE Leader. Sehingga seolah-olah ada gap yang cukup jauh dan membuat dia (cenderung) enggan diluncurkan menjadi DATE Leader berikutnya karena melihat kemampuan berbicara di depan umum merupakan kekurangan di dalam dirinya. Bila ini terjadi, kita akan kehilangan momentum untuk dapat memfasilitasi lebih banyak jemaat untuk tertanam di DATE karena pergerakan multiplikasi pemimpin dan pertumbuhan jemaat tidak berjalan beriringan, apalagi akan ada lokasi ibadah baru di Alam Sutera nanti.
Bahkan Saudara bisa bayangkan hal ini, apakah lama-lama DATE Members tidak akan bosan jika dalam pertemuan DATE secara virtual yang Saudara lakukan adalah meng-khotbahi mereka? Saudara sendiri pun bisa menjadi bosan karena seperti harus terus mempersiapkan dan memberikan solusi untuk mereka.  

Oleh karena itu, terkait dengan poin saya di atas (penyebab kebosanan), saya mau mengajak Saudara kembali me-revisit kerangka dalam menjalankan DATE Meeting Guidelines, yaitu 5C: Connect – Celebrate – Coach – Communicate, dan Care, khususnya dalam aspek Coach.

THE WHAT
Sekedar mengingatkan Saudara semua, dalam aspek coach biasanya kita akan memfasilitasi DATE Members dengan cara:
  1. Menanyakan apa insights atau pengertian yang didapatkan dari penyampaian khotbah hari Minggu.
  2. Menggali mengapa pengertian tersebut begitu mengena bagi DATE Member tersebut dan apa korelasinya dengan proses yang sedang dia alami dalam kehidupannya.
  3. Mengajak DATE Members untuk memikirkan rencana tindak lanjut dalam mengaplikasikannya.   
Dengan demikian, aspek coach dalam pertemuan DATE secara virtual seharusnya menjadi sesuatu yang menyenangkan dan ditunggu-tunggu, bukan sebaliknya menjadi membosankan.

Mengapa? Karena inilah yang akan menginisiasi implementasi nyata dari prinsip yang kita percayai bersama bahwa: “Kebenaran tidak akan mengubah kehidupan sampai kebenaran tersebut diaplikasikan”.

Jika sebagai pemurid kita bisa memahami hal ini, mencatat rencana tindak lanjut yang mau diaplikasikan, maka keuntungannya saat one on one kita sudah tahu mulai dari mana dan akan berfokus di area apa.

Ps. Alvi Radjagukguk seringkali berkata: “Jangan hanya puas dengan follow up atau tindak lanjut, melainkan bergairahlah dengan follow through atau tindak tuntas”.

Jika sebagai pemurid kita bisa memahami dengan baik hal ini, maka aspek coach akan menjadi bagian yang selalu dirindukan baik oleh DATE Leaders, DATE Core Teams, dan tentunya DATE Members.

THE HOW
Sebagai pemurid, bagaimana kita bisa mengaplikasikan aspek coach dalam menjalankan pertemuan DATE maupun one on one? Berikut ini ada dua pendekatan yang dapat Saudara lakukan:
  1. Saat menanyakan apa pengertian yang didapatkan berikanlah opsi dalam bertanya: Daripada menanyakan pertanyaan terbuka, seperti: “Dari kotbah hari Minggu kemarin kamu dapat wawasan apa?”, lebih baik berikan opsi dalam pertanyaan tersebut, seperti: “Di kotbah hari Minggu kemarin disampaikan bahwa hikmat dan iman sama-sama penting. Menurut kamu sebaiknya mana yang duluan, hikmat atau iman?”
  2. Saat menggali atau mendalami: Apapun jawaban yang diberikan, jangan terburu-buru bereaksi dengan solusi, melainkan tanyakan kembali alasan jawabannya: “Menurut kamu mengapa aspek itu yang duluan? Bagaimana korelasinya dengan proses yang sedang kamu alami saat ini?”
  3. Saat mengajak memikirkan rencana tindak lanjut: Terkait dengan proses yang sedang kamu alami saat ini, berdasarkan khotbah yang disampaikan dan diskusi hari ini, satu komitmen perubahan apa yang akan kamu tindak lanjuti dan tindak tuntaskan dalam satu bulan ke depan?
Nah, di bagian ketiga ini, Saudara perlu catat rencana tindak lanjut yang akan dilakukan DATE Member tersebut supaya saat melakukan one on one dengannya, Saudara bisa mulai dengan menanyakan progress yang sudah terjadi. Yesus seringkali menanyakan pertanyaan yang membuat seseorang memikirkan opsi, seperti misalnya di 

Lukas 9:18-20 (TB)
“Pada suatu kali ketika Yesus berdoa seorang diri, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya. Lalu Ia bertanya kepada mereka: “Kata orang banyak, siapakah Aku ini?” Jawab mereka: “Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan Elia, ada pula yang mengatakan, bahwa seorang dari nabi-nabi dahulu telah bangkit”. Yesus bertanya kepada mereka: “Menurut kamu, siapakah Aku ini?” Jawab Petrus, “Mesias dari Allah”.

Tentu Yesus bisa bereaksi dengan memberikan solusi: “Payah ya orang-orang, kalian sebagai murid jangan berpikir seperti mereka ya”, lalu meng-khotbahi mereka. Tetapi justru yang Yesus berikan adalah opsi yang kira-kira jika di paraphrase demikian: “Kalau menurut orang-orang seperti itu, kalau menurut kalian sebagai para murid, kalian memandang Aku ini siapa?” Pertanyaan seperti ini adalah bagian dari aspek coach yang Yesus lakukan kepada para murid. Dalam coaching-Nya, Yesus cenderung memberikan opsi, bukan langsung ke solusi.

Mengapa opsi penting? Karena opsi membawa seseorang bisa memikirkan why (mengapa dia menjawab demikian) terhadap what (apa jawabannya) sehingga lebih mudah dalam how (untuk merencanakan tindak lanjut aplikasinya).

Dengan demikian kerangka yang perlu diperhatikan dalam melakukan aspek coach adalah:
Why – What – How.

Karena:
“When the why is clear and the what is simple, then the how is easy”.
Clear berarti mudah untuk dimengerti atau dipahami, simple berarti mudah untuk dikomunikasikan atau didiskusikan, dan easy artinya mudah untuk ditindaklanjuti serta ditindaktuntaskan.

Seperti Saudara sudah saksikan (video roleplay DATE) bahwa aspek coach tidak berfokus kepada solusi, melainkan opsi.
Mari kita bayangkan, jika dalam pertemuan DATE secara virtual, saat di aspek coach terjadi pembicaraan seperti tersebut di atas apakah pertemuan virtual akan membosankan?

Apalagi jika Saudara bisa berkreativitas dalam melakukan aspek coach dengan menggunakan aplikasi-aplikasi edu games yang ada, seperti kahoot atau gartic misalnya. Atau dengan cara manual seperti tidak menggunakan mulut untuk menjawab, tetapi dengan menggambarkan atau memvisualisasikan di kertas yang ditunjukkan melalui screen share misalnya.

Nah, Untuk menindaklanjuti materi yang disampaikan tadi, berikut instruksi pertanyaan untuk Saudara diskusikan dengan setiap DL yang hadir (dalam kelompok yang berisi 3-4 orang, mungkin bisa menggunakan Zoom breakout room):
  1. Dalam skala 1 sampai 10, berapa nilai kesengajaan dan konsistensi Saudara saat ini dalam mengimplementasikan coach? JIka Saudara menilai kurang dari 5 apa yang menjadi tantangannya? Berikan penjelasan atau fakta-faktanya.
  2. Diskusikan sikap-sikap apa yang perlu Saudara tingkatkan untuk mengembangkan efektivitas aspek coach Saudara terkait dengan rasio jumlah DATE Member?
  3. Tuliskan rencana tindak lanjut Saudara selama 3 bulan ke depan setelah mempelajari materi ini. Ceritakan kepada anggota kelompok Saudara.
Mari terus mengimplementasikan pemuridan dalam segala keadaan, seperti yang dikatakan Ps. Jeffrey Rachmat: “Discipleship harus jalan terus!”
Selamat berdiskusi. 

Stay safe, stay healthy. Tuhan Yesus memberkati.
Tautan Umpan Balik Huddle Meeting Guideline
Share by: