THE WHY
Dalam video huddle DL – CT yang lalu, dengan judul “Menciptakan Rasa Aman”, saya sampaikan bahwa dalam caring system tugas utama kita sebagai pemurid atau pemimpin bukanlah untuk mengubah kehidupan orang-orang yang kita muridkan, tetapi menciptakan atmosfir atau suasana yang aman agar terjadi keterbukaan, sehingga Roh Kudus bisa bebas bekerja mengubah kehidupan para murid tersebut.
Kehadiran kita seharusnya menciptakan rasa aman, dan bukan ancaman.
Pertanyaannya: bagaimana kita bisa menciptakan rasa aman jika kita sendiri kehilangan rasa aman tersebut?
Dalam BUILD CONFERENCE tahun ini, ditemukan bahwa salah satu penyebab utama pemurid atau pemimpin kehilangan rasa aman adalah ‘omnipotensi’ atau perasaan bertanggung jawab atas semua hal yang terjadi di sekelilingnya, termasuk semua hal yang terjadi pada kehidupan orang-orang yang dipimpinnya.
Apakah sebagai DF Saudara merasa jika DL gagal, itu adalah sepenuhnya tanggung jawab Saudara?
Apakah sebagai DL Saudara merasa jika CT mengambil keputusan yang salah, itu adalah sepenuhnya tanggung jawab Saudara?
Apakah sebagai CT Saudara merasa jika DM jatuh dalam dosa, itu adalah sepenuhnya tanggung jawab Saudara?
Coba pikirkan hal ini, sebaliknya bagaimana jika mereka berhasil dalam kehidupannya, apakah itu karena sepenuhnya hasil karya Saudara? Tentu jika menjawab ‘ya’, Saudara tahu bahwa itu adalah wujud kesombongan rohani, karena seharusnya nama Tuhan yang dimuliakan.
Jadi apa bedanya dengan perasaan bertanggung jawab sepenuhnya untuk kegagalan orang lain, bukankah itu berarti sama saja dengan kesombongan?
Bukankah itu sama artinya dengan Saudara berkata,”dia gagal karena saya, dia berhasil karena saya.” Lalu posisi Tuhan di mana?
THE WHAT
Yang diperlukan murid terhadap pemuridnya bukanlah gambaran kesempurnaan hidup, tetapi teladan tentang perubahan hidup.
Itulah mengapa salah satu wins atau indikator keberhasilan DATE adalah terjadinya perubahan hidup semakin serupa dengan Kristus. Kata ‘semakin’ berbicara tentang progress dalam sebuah process, bukan tentang kesempurnaan yang statis.
Dalam 1 Korintus 11:1, Paulus berkata kepada jemaat: “Jadilah pengikutku sama seperti aku menjadi pengikut Kristus”.
Kata-kata “jadilah pengikutku” tersebut mengandung arti:
- Ikuti aku.
- Tirulah aku.
- Lakukan apa yang aku lakukan.
- Aku mengikuti Kristus dan teladanilah aku.
Mengapa Paulus mengambil posisi di ayat tersebut? Mengapa dia menginstruksikan jemaat untuk mengikuti dia sama seperti dia mengikuti Yesus? Mengapa tidak dia katakan saja: “Jadilah pengikut Kristus”?
Hal ini karena Paulus mengerti bahwa setiap murid memerlukan teladan, seorang role model, seseorang yang memberikan contoh kehidupan sehingga karakter Yesus bisa dirasakan dan misinya bisa dipahami. Dalam ayat di atas, bagian yang menarik adalah saat Paulus berkata: “sama seperti aku” menjadi pengikut Kristus, yang menegaskan bahwa jemaat Korintus seharusnya meneladani cara Paulus dalam mengikuti Yesus.
Oleh karena itu, video huddle kali ini saya berikan judul: “MENJADI TELADAN.”
Menjadi teladan, bagi seorang pemurid, bukanlah kemampuan untuk menjadi sempurna, tetapi kemauan untuk berjalan selangkah di depan para murid.
Pemurid bukanlah seseorang yang bisa menjawab dan menyelesaikan semua persoalan. Saudara tidak harus bisa menemukan solusi yang pasti ketika:
- murid Saudara mengalami kebangkrutan,
- murid Saudara terlibat perselingkuhan,
- murid Saudara terikat narkoba, atau
- murid Saudara bimbang dengan orientasi seksualnya, dan lain sebagainya.
Menjadi pemurid bukanlah tentang seberapa ahli kita memberikan informasi untuk menyelesaikan semua persoalan di atas, tetapi tentang undangan yang kita tawarkan.
Undangan untuk tertanam, bertumbuh dan berbuah bersama-sama.
Belajar bersama, bergumul bersama, merayakan progress bersama, menghadapi proses bersama, dan bahkan mungkin mengalami kegagalan bersama.
Saat kita melangkah dalam peran atau fungsi pemuridan, pada dasarnya kita mengatakan hal yang sama seperti Paulus: “Ikuti aku seperti aku mengikuti Yesus”.
Atau dengan kata lain: “Ikutilah teladanku.”
Dan ini tidak mudah, karena terkadang bagi kita lebih mudah untuk memberikan jawaban yang baik daripada contoh yang baik.
“It’s not about to give good answers. It’s about to be a good example.”
- Jika Saudara ingin murid Saudara memiliki hubungan yang sehat, mereka perlu melihatnya di hidup Saudara.
- Jika Saudara ingin murid Saudara memiliki kedisiplinan rohani, mereka perlu melihatnya di hidup Saudara.
- Jika Saudara ingin murid Saudara mampu bertanggung jawab atas hidupnya, mereka perlu melihatnya di hidup Saudara.
- Jika Saudara ingin murid Saudara memiliki rasa aman, mereka perlu melihatnya di hidup Saudara.
Jadi, apa yang Saudara inginkan? Teladankan hal tersebut.
1 Petrus 2:21
Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya.
THE HOW
Menjadi teladan berarti Saudara memutuskan untuk:
BE YOURSELF dan BUILD YOURSELF.
1. Be Yourself.
Menjadi diri sendiri berarti menjadi otentik atau apa adanya.
- Apa adanya dengan kekuatan diri Saudara.
- Apa adanya dengan pergumulan Saudara.
- Apa adanya dengan perasaan Saudara.
- Apa adanya dengan kekuatiran-kekuatiran Saudara.
- Apa adanya dengan situasi musim kehidupan Saudara.
- Apa adanya dengan kondisi iman atau keyakinan Saudara.
- Apa adanya dengan keberhasilan dan kegagalan Saudara.
Keberanian untuk menjadi terbuka, menanggalkan topeng yang menutupi kehidupan Saudara.
Di mata para murid, sikap ini dipandang sebagai peneladanan kerendahan hati.
“Kerendahan hati membawa kita ke tempat terbaik yang disediakan Tuhan.”
Teladankan kepada para murid bagaimana memahami bahwa Tuhan menciptakan mereka unik dan bagaimana bersyukur dalam setiap musim kehidupan.
“Jadilah dirimu sendiri dengan berjalan dalam kerendahan hati.”
Apa yang dilihat para murid dalam kehidupan Saudara di hari Minggu ataupun saat melayani di DATE seharusnya sama dengan apa yang mereka lihat dalam kehidupan Anda di hari-hari yang lain.
Menjadi apa adanya melalui sikap rendah hati menjaga kita hidup dalam integritas.
Integritas adalah kemampuan kita untuk menjadi sama pada saat kita sedang gagal ataupun sebaliknya saat kita sedang berhasil.
DATE Members tidak mengharapkan kesempurnaan sikap Saudara, yang mereka ingin lihat adalah respon Saudara saat menyikapi kegagalan maupun keberhasilan.
Apa respon Saudara saat sedang mengalami kegagalan?
Bagaimana sikap Saudara saat menyikapi keberhasilan?
Markus 12:30
Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.
Menjadi diri sendiri apa adanya merupakan wujud mengasihi Tuhan dengan segenap yang ada pada diri kita.
2. Build Yourself.
Menjadi diri sendiri apa adanya bukan berarti berhenti untuk bertumbuh.
Tujuan kekristenan adalah kedewasaan, dan salah satu tanda nyata seseorang yang dewasa adalah kepedulian untuk bertumbuh dalam segala hal.
Membangun diri berarti kesediaan untuk menciptakan progress dalam setiap process, bukan dalam kesendirian tetapi melalui komunitas.
Satu hal yang kita percaya di JPCC: “Tidak ada pertumbuhan di dalam kesendirian.”
Membangun diri sama artinya dengan sikap disiplin mengembangkan nilai-nilai yang Saudara yakini.
Karena nilai Saudara akan menentukan prioritas Saudara.
Apa yang benar-benar penting dalam kehidupan Saudara?
“Jika semua terlihat penting, berarti sebenarnya tidak ada yang penting.”
-Jonny Herjawan
1 Korintus 10:23
"Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. "Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun.
Sikap yang tidak kalah penting dalam hal ini adalah bagaimana meneladankan antusiasme dalam kedisiplinan membangun diri.
Sikap ini penting dicontohkan karena asal kata antusias dalam bahasa Yunani adalah “En” dan “Theos” atau in God, di dalam Tuhan.
Berikut ini setidaknya ada 5 (lima) kedisiplinan yang perlu kita bangun dengan antusias:
- Membaca Alkitab setiap hari.
- Berdoa atau berkomunikasi dengan Tuhan.
- Membagikan iman kita.
- Mendemonstrasikan kemurahan hati.
- Beristirahat.
Pada akhirnya, menjadi teladan lebih mudah jika Saudara dapat mengimplementasikan secara disiplin dan antusias framework yang pernah dibagikan oleh Ps. Alvi Radjagukguk di salah satu video huddle tahun lalu, yaitu K.A.B (Kenali – Alami – Bagikan).
Kenali sungguh-sungguh Tuhan kita melalui firman-Nya, Alami firman itu dalam kehidupan dan Bagikan iman Saudara kepada para murid atau DATE Members Saudara.
Yohanes 17:26
dan Aku telah memberitahukan nama-Mu kepada mereka dan Aku akan memberitahukannya, supaya kasih yang Engkau berikan kepada-Ku ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka."
Jika para murid Saudara melihat kedisiplinan dan antusiasme Saudara dalam mengikuti Yesus, jika mereka melihat progress perubahan kehidupan Saudara, maka lebih mudah bagi mereka untuk berani mengambil keputusan melangkah pada wins yang kedua dari DATE, yaitu lahirnya pemurid baru.
Untuk menindaklanjuti materi yang disampaikan tadi, berikut instruksi pertanyaan untuk Saudara diskusikan (dalam kelompok yang berisi 3-4 orang DL dan CT):
1. Dalam skala 0 sampai 10, berapa nilai kedisiplinan Saudara dalam hal:
- Membaca Alkitab setiap hari.
- Berdoa (termasuk saat teduh).
- Membagikan iman.
- Mendemonstrasikan kemurahan hati (perpuluhan dan persembahan).
- Beristirahat.
Berikan penjelasan atau fakta-faktanya.
2. Diskusikan sikap-sikap apa yang perlu Saudara tingkatkan untuk:
- menjadi diri sendiri apa adanya.
- membangun diri secara disiplin dan antusias.
3. Tuliskan rencana tindak lanjut Saudara selama 3 bulan ke depan setelah mempelajari materi ini. Ceritakan kepada kelompok Saudara.
Selamat berdiskusi. Tuhan Yesus memberkati.